22 Nov 2011

PENERAPAN TIK UNTUK TUTORIAL PENDIDIKAN JARAK JAUH


A. Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh
a)     Pengertian Pendidikan Jarak Jauh
Pengertian Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menurut Miarso(2004:34) adalah pendidikan terbuka dengan program belajar yang terstruktur realtif ketat dan pola pembelajaran yang berlangsung tanpa tatap muka atau keterpisahan atau guru dengan peserta didik. Sedangkan menurut Setiadi (2005:1) PJJ adalah jenis pendidikan dimana peserta didik berjarak jauh jauh dari dari pendidik, sehingga pendidikan tidak dilakukan dengan cara tatap muta. Maka penyajian materi pembelajaran kepada peserta didik harus melalui media.
           
Menurut UU Nomor 20 Tauhun 2003 tentang system pendidikan nasional, Pasal 1 ayat 15 dijelaskan bahwa PJJ adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajaranya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi informasi dankomunikasi dan media lain.

Menurut keegan (1984) dalam A.P. Hardhono (2002) karakteristik PJJ adalah 1) adanya keterpisahan mendekati permanen antara tenaga pengajar dari peserta didik selama program pendidikan. 2) ada keterpisahan yang`mendekati permanen antara seorang peserta didik dari peserta didik lain selama program pendidikan. 3) ada suatu institusi yang mengelola program pendidikan, inilah yang membedakan dengan kegiatan seseorang yang belajra sendiri di rumah atau studi pribadi. 4) pemanfaatan sarana komunikasi baik baik mekanis maupun elektronis untuk menyampaikan bahan belajar. 5) penyediaan sarana komunikasi dua arah sehingga peserta didik dapat mengambil inisiatif dialog dan mengambil manfaatnya.

Adapun ciri khas utama PJJ, yaitu 1) adanya jarak yang jauh antara pendidik dengan pesrta didik, dan 2) individualisasi dan kemendarian dalam belajar. Selain itu ada beberapa karaksteristik lain yang menjadi ciri khas PJJ, yaitu. 3) adanya bahan belajar yang biasanya dikembangangkan sendiri oleh lembaga penyelenggara PJJ. 4) penggunaan berbagai media pembelajaran. 5) adnya bantuan belajar yang berupa tutorial dan bantuan belajar lain yang terbatas. 6) adanya proses industrialisasi dalam pengembangan, pegeadaan, dan distribusi bahan belajar.

Dengan demikian dalam proses pendidikan dalam proses pendidikanya memiliki bentuk yang mirip denga proses industry. Jadi salah satu karaksteristik PJJ yang menonjol adalah keterpisahan kegiatan pengajaran dari kegiatan belajar, keterpisahan baik karena factor jarak, waktu atau kombinasi keduanya selain itu dimanfaatkannya berbagai media untuk keperluan komunikasi.

Keterpisahan jarak dalam PJJ itu terjadi antara guru dan peserta didik dalam situasi khusus, yaitu terpisahanya pesertanya didik dari guru. Keterpisahan atau jarak itu menimbulkan adanya pola perilaku guru dan peserta didik yang berbeda dengan pola prilaku dalam lingkungan pendidikan konvensional. Karena keterpisahan itu ada jarak kejiwaan dan jarak komunikasi yang dapat dijembatani dengan memanfaatkan TIK. Jarak ini dapat menimbulkan perbedaan penafiran materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan pengertian yang ditangkap oleh peserta didik.

b)     Pola, Modus dan Cakupan Pendidikan Jarak Jauh
            Sesuai dengan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, pasal 31 ayat 1 PJJ dapat diselenggarakanpada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Kemudian dalam ayat 3 disebutkan PJJ dapat diselenggarakan dalam berbagai bentuk atau pola, modus dan cangkupan yang berbeda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang didukung olehnsarana dan layanan belajar serta system penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dengan demikian penyelenggaraan PJJ menurut miarso (2000:317) harus sesuai dengan karaksteristik peserta didik, tujuan pendidikan dan proses pembelajaran yang menjadi ciri dari setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
           
PJJ diselenggarakan dalam berbagai pola pembelajaran yang pada dasarnya mengandalkan tersedianya berbagai sumber belajar. Pola pembelajaran ini mencangkup penyelenggaraan program pembelajaran melalui pendidikan tertulis atau korespodensi, bahan cetak (modul), radio, audio/video, TV, berbantuan computer, dan atau multimedia melalui jaringan computer. Modus penyelenggaraan PJJ dapat dibedakan dalam berbagai bentuk sebagai berikut:
1.     Modus tunggal (single model) yaitu pelayanan pendidikan kepada pesera didik dilaksanakan sepenuhnya melalui satu cara.
2.     Modus ganda (dual mode) yaitu bila layanan pendidikan kepada peserta didik dilaksanakan bersama tatap muka langsung maupun tidak langsung, baik melalui satu arah maupun dua arah.
3.     Modus jaringan (network mode) yaitu bila layanan pendidikan kepada peserta didik dilaksanakan melalui kolaborasi antar pendidikan.
4.     Modus beragam (multimode), pola ini sering disebut pula dengan pembelajaran berbasis aneka sumber (resource based learning).sumber belajar ini yang harus dicari dan diusahakan sendiri oleh peserta didik, dan ada yang telah tersedia secara khusus maupun secara umum.

Sesuai dengan ketentuan UU 20 Tahun 2003 tentang sitem pendidikan nasional, pasal 4 ayat 2 prinsip penyelenggaraan pendidikan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan system terbuka dan multimakna. Pendidikan dengan system terbuka adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan fleksibilitas pilihan dan waktu penyeselesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan (multi entry-multi exit system)

c)     Penyelenggaraan untuk Pendidikan Jarak Jauh
            PJJ merupkan sub system dari system pendidikan nasional, maka dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. PJJ dapat digunakan untuk pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Penyelenggaraan PJJ menurut Miarso (2004:321) meliputi jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pendidikan luar sekolah, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan dan pendidikan berkelanjutan. PJJ untuk jenjang pendidikan tinggi dapat diselenggarakan untuk berbagai program gelar maupun nongelar, jalur akademik maupun jalur professional, mulai dari tingkat sretifikat, diploma, sarjana, megister dan doctor.

Penyelenggaraan PJJ menurut miarso (2004:306) berdasarkan prinsip-prisip kebesaan, kemandirian, keluwesan, keterkinian (immediacy), kesesuaian, mobilitas dan efisiensi. PJJ dirancang sebagai system pendidikan yang bebas untuk diikuti oleh siapa saja sehingga peserta didik menjadi sangat heterogen baik dalam kondisi, karakteristiknya yang meliputi motivasi, kecerdasan, latar belakang pendidikan, kesempatan maupun waktu yang disediakan untuk belajar.

Selanjutnya agar system PJJ dapat diselenggarakan dengan baik komponen dan kegiatan berikut perlu mendapatkan perhatian secara serius, (Perry & rumble(1987:5-7) yaitu:
a.     Bahan belajar
b.     Produksi bahan belajar
c.      Distribusi bahan belajar
d.     Dukungan belajar
e.     Penilaian peserta didik
f.       Pengelolahan peserta didik
g.     Mekanisme umpan balik

Selain hal-hal diatas penyelenggaraan PJJ menurut miarso (2004:320) menurut system menejemen mutu dan akreditasi secara khusus. Menejemen mutu dan pengendalian kualitas lulusan agar memenuhi standar kompetisi yang diterapkan secara nasional (quality control). Manejemen mutu ini meliputi penentuan kompetisi bahan kajian, kompetisi mata pelajaran, dan struktur program kurikulum. Sedangkan akreditasi dimaksudkan untuk menjamin mutu pelayanan pendidikan (quality assurance)

B.    Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh

Renstra Depdiknas Tahun 2005-2009, menegaskan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana pembelajaran jarak jauh, prioritas renstra adalah mengembangkan system pembelajaran jarak jauh (distance learning) di perguruan tinggi, pendidikan formal dan pendidikan non formal untuk mendukung perluasan dan pemerataan pendidikan tinggi, pendidikan formal dan pendidikan non formal.TIK akan dimanfaatkan secara optimal dalam fungsinya sebagai media pembelajaran jarak jauh. Dan juga untuk memfasilitasi manajemen pendidikan.

Perkembangan TIK, telah mendorong berkembangnya PJJ. PJJ adalah suatu model pembelajaran yang membebaskan peserta didik untuk dapat belajar tanpa terkait oleh ruang dan waktu dengan sesedikit mungkin bantuan dari orang lain. Karena keterpisahan jarak maka dalam PJJ materi pembelajaran dikembangkan, dikemas dan disampaikan melalui media dalam berbagai jenis dengan memanfaatkan TIK sehingga dapat digunakan peserta didik untuk belajar mandiri. Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri, melainkan belajar dengan prakarsa dan tanggungjawab sendiri dengan bantuan minimal dari orang lain.

Dalam sistem PJJ peserta didik dituntut untuk belajar secara mandiri. Belajar mandiri dalam konteks sistem PJJ berdampak pada pemanfaatan TIK artinya media dapat digunakan untuk menyampaikan materi pembelajar. Media teknologi tersebut dapat berupa :
(1).  Media cetak
(2).  Radio
(3).  Televisi
(4).  Komputer
(5).  Masyarakat awam
(6).  Orang tua atau media lain yang dapat digunakan untuk mengemas materi pembelajaran

Disisi lain sistem PJJ tentu mengandalkan kehadiran pengajar untuk sering bertatap muka dengan peserta didik untuk sering datang ke tempat belajar pada waktu yang di tentukan oleh pengelola pendidikan. Oleh karena itu, kehadiran pengajar harus digantikan oleh kehadiran bahan belajar yang dirancang khusus untuk dapat dipelajari secara mandiri, didiskusikan dengan teman kelompok belajar, dan mungkin dibahas dengan tutor. Bentuk bahan belajar tersebut biasanya dengan memanfaatkan TIK dalam berbagai kombinasi dari media cetak (modul), program audio, program video, radio, TV. komputer, alat-alat praktik dan praktikum, dan sebagainya. Kehadiran media yang berbasis TIK dalam sistem belajar jarak jauh menurut Atwi Suparman & Aminudin Zuhairi (2004:185) berfungsi sebagai sumber belajar utama seperti halnya guru dalam pembelajaran konvensional.

Pemanfaatan sarana media yang berbasis TIK ini memungkinkan terjadinya interaksi dan komunikasi antara peserta didik dengan tenaga pengajar atau dengan bahan belajar, bahkan dengan penyelenggaraan PJJ. Dengan demikian peserta dan sarana komunikasi dua arah tersedia sehinnga memungkinkan peserta didik dan tenaga pengajarnya dapat berinteraksi untuk membahas materi pembelajaran.

Peran TIK beserta infrastrukturnya dalam PJJ yaiyu untuk menyajikan materi pembelajaran dan menyediakan sarana komunikasi atau interaksi antara institut PJJ dengan peserta didik. TIK yang dapat dimanfaatkan untuk PJJ adalah siaran Radio, televisi, telekonferensi, pembelajaran berbantuan computer dan atau multimedia melalui jaringan komputer. Materi pembelajarannya dapat dikemas dengan menggunakan media cetak (modul) dan audio/video kaset. Menurut Wedemeyer (1979) pemanfaatan TIK bertujuan untuk :
(1).  membebaskan peserta didik dari pola pembelajaran regular
(2).  membuka kesempatan belajar sesuai kemampuan
(3).  membangun suatu pola pembelajaran yang membimbing peserta didik melaksanakan self directed learning

10 Nov 2011

INTEGRASI TIK DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


  1. Pengertian

a.       Integrasi

Integrasi adalah pembauran hingga menjadi  kesatuan yang utuh.

b.       TIK

Teknologi informasi dan komunikasi tidak terfokus pada segala sesuatu hal yang berkaitan dengan internet dan computer saja, akan tetapi segala sarana dan fasilitas yang dapat membantu proses belajar dan pembelajaran.

c.       Belajar

Suatu usaha yang dilakukan dari dalam diri seseorang untuk berubah ke arah yang lebih baik.

d.       Pembelajaran

Adalah suatu proses, cara, perbuatan menjadikan orang agar mau belajar yang berlangsung diluar diri seseorang (eksternal)
  1. Integrasi TIK dalam belajar
Dewasa ini, proses pembelajaran yang ada di sekitar kita tidak jauh-jauh dari perkembangan teknologi, mulai dari mobile phone, note book, televisi, dan lain sebagainya. Hal ini karena memang pengaruh teknologi sangat besar dan tidak bisa kita pungkiri bahwa kita membutuhkan teknologi dalam dunia pendidikan. Jika merunut pada salah satu prinsip kurikulum  pendidikan yaitu harus relevan dengan perkembangan IPTEK, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang tiap saat. Maka TIK tidak bisa kita nafi kan sebagai sumber belajar. Ada beberapa pertanyaan yang  akan menggiring kita kepada topik pembahasan,

Mengapa Menggunakan TIK?

Menggunakan TIK secara efektif di dalam kelas bukanlah menyangkut tentang menjalankan sebuah teknologi sampai bekerja. Penggunaan TIK bukanlah apa yang kita gunakan tetapi yang penting adalah bagaimana dan kapan kita menggunakannya.
Menggunakan TIK dalam setiap belajar akan memacu inovasi. Inovasi adalah menciptakan sesuatu yang menarik, memikat, merangsang pemikiran, dan menyenangkan. Salah satu kelebihan penggunaan TIK adalah kemampuannya dalam meracik sebuah pelajaran yang memperdalam pemahaman siswa akan konsep dan ide, serta memberikan kepada mereka pengalaman-pengalaman yang baru dan menimbulkan rasa haus akan pengetahuan di seluruh kelas.
Berdasarkan banyak penelitian, penggunaan TIK di dalam kelas mempengaruhi penguasaan dan motivasi siswa. Penerapan TIK dalam pembelajaran mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada itu. Diantaranya:
  • Membuka cakrawala baru dalam kegiatan belajar dan mengajar– mengajar menggunakan TIK memberikan semangat baru dalam pengajaran, mengadopsi pendekatan yang baru, mengumpulkan berbagai ide dan konsep, serta mengembangkan kecakapan-kecapakan yang baru.
  • Membantu memacu dan mendorong siswa – menggunakan TIK secara interaktif membantu meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan perhatian siswa akan pelajaran, serta membantu membentuk perilaku siswa.
  • Mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja – saat ini sulit sekali menemukan sebuah pekerjaan yang tidak tersentuh oleh TIK.
  • Membantu sekolah untuk memaksimalkan sumber daya yang ada – membantu untuk menghemat uang dan waktu dengan memaksimalkan dampak yang terjadi akibat penggunaan TIK, membantu mengurangi beban dalam persiapan, perencanaan dan pengayaan. Dengan mudah guru dapat melihat kembali pekerjaan-pekerjaan yang sudah dilakukan, serta menganalisis perkembangan siswa dengan cepat
  • Leluasa – belajar dan mengajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa dalam berbagai tingkatan, kemampuan dan gaya belajar siswa. TIK memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengatur cara belajar mereka, dan dengan cara yang paling sesuai menurut tipe belajar masing-masing. Siswa memiliki akses ke berbagai sumber pengetahuan; baik itu materi maupun orang/ahli. Dengan demikian siswa mampu memiliki pengalaman personal dimana mereka memilih cara belajar seperti apa yang mereka lebih sukai.
  • Kapanpun dan dimanapun – Dengan menggunakan TIK, siswa tidak perlu tertinggal pelajaran jika tidak dapat menghadiri sebuah kelas, siswa sekarang mempunyai akses untuk belajar kapanpun dan dimanapun mereka sukai.
  • Pembelajaran Aktif - pembelajaran tidak lagi bersifat pasif, yakni siswa duduk di depan guru dan “learning by telling”, penggunaan TIK secara efektif mampu membuat pembelajaran menjadi aktif. Penekanannya adalah interaktif atau “learning by doing”.
  • Komunitas Online – Belajar adalah aktifitas sosial, dengan penggunaan TIK pembelajaran yang maksimal dan tahan lama dapat dicapai dengan bergabung bersama komunitas online dan jaringan. Siswa didorong untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berbagi pengetahuan. TIK mendorong pembelajaran melalui refleksi dan diskusi.
  1. Integrasi TIK dalam pembelajaran
Apa yang Dimaksud dengan Mengintegrasikan TIK ke dalam proses  pembelajaran?
Mari kita bandingkan dua kalimat berikut! ”Learning to Use ICTs vs Using ICTs to Learn”. Secara sederhana, mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran sama maknanya dengan menggunakan TIK untuk belajar (using ICTs to learn) sebagai lawan dari belajar menggunakan TIK (learning to use ICTs). Belajar menggunakan TIK mengandung makna bahwa TIK masih dijadikan sebagai obyek belajar atau mata pelajaran.
Sebenarnya, UNESCO mengklasifikasikan tahap penggunaan TIK
dalam pembelajaran kedalam empat tahap sebagai berikut:









Right Arrow: Emerging
Right Arrow: Applying
Right Arrow: Integrating
Right Arrow: Transforming

 



  • Tahap emerging : baru menyadari akan pentingnya TIK untuk
pembelajaran dan belum berupaya untuk menerapkannya.
  • Tahap applying, : satu langkah lebih maju dimana TIK telah dijadikan
sebagai obyek untuk dipelajari (mata pelajaran).
  • Pada tahap integrating : TIK telah diintegrasikan ke dalam kurikulum (pembelajaran).
  • Tahap transforming : merupakan tahap yang paling ideal dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan/evolusi pendidikan. TIK diaplikasikan secara penuh baik untuk proses pembelajaran (instructional purpose) maupun untuk administrasi
      Apa yang terjadi dalam praktek pembelajaran di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, TIK masih dijadikan sebagai obyek atau mata pelajaran. Sebagian besar, TIK masih dijadikan sebagai obyek belajar atau mata pelajaran di sekolah-sekolah. Bahkan di tingkat perguruan tinggi atau akademi, banyak dibuka program studi yang berkaitan dengan TIK, seperti teknik informatika, manajemen informatika, teknik komputer, dan lain- lain.

Mengapa Pengintegrasian TIK ke dalam Proses Pembelajaran Penting?
Jawabannya sangat berkaitan erat dengan mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk siap memasuki era masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Tahun 2020 Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas (AFTA). Pada masa itu, masyarakat Indonesia harus memiliki ICT literacy yang mumpuni dan kemampuan menggunakannya untuk meningkatkan produktifitas (knowledge-based society). pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan ICT literacy membangun karakteristik masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society) pada diri siswa, disamping dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran itu sendiri.  
UNESCO (2002) menyatakan bahwa pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan utama:
1)    untuk membangun ”knowledge-based society habits” seperti kemampuan memecahkan masalah (problem solving), kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencari, mengoleh/mengelola informasi, mengubahnya menjadi pengetahuan baru dan mengkomunikasikannya kepada orang lain;
2)    untuk mengembangkan keterampilan menggunakan TIK (ICT literacy); dan
3)    untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi prosespembelajaran.
Bagaimana Mengintegrasikan TIK ke dalam Proses Pembelajaran?
Dari sisi pendekatan, Fryer (2001) menyarankan dua pendekatan yang dapat dilakukan guru ketika merencanakan pembelajaran yang mengintegrasikan TIK, yaitu:
·         Pendekatan Topik (Theme-Centered Approach), Pada pendekatan ini, topik atau satuan pembelajaran dijadikan sebagai acuan. Secara sederhana langkah yang dilakukan adalah:
1.    menentukan topiK
2.    menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
3.    menentukan aktifitas pembelajaran dan software (seperti modul. LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, dll) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

·         Pendekatan Software (Software-centered Approach), menganut langkah yang sebaliknya. Langkah pertama dimulai dengan mengidentifikasi software (seperti bku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, dll) yang ada atau dimiliki terlebih dahulu. Kemudian menyesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang relevan dengan software yang ada tersebut. Sebagai contoh, karena di sekolah hanya ada beberapa VCD atau mungkin CD- ROM tertentu yang relevan untuk suatu topik tertentu, maka guru merencanakan pengintegrasian software tersebut untuk mengajar hanya topic tertentu. Topik yang lain terpaksa dilaksanakan dengan cara konvensional.
Hambatan dalam mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran
Ada beberapa hambatan yang perlu digaris bawahi berkaitan dengan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran. Hambatan- hambatan tersebut diantaranya adalah:
  1. Penolakan/keengganan untuk berubah (resistancy to change) khususnya dari policy maker (kepala sekolah dan guru)
  2. Kesiapan SDM (ICT literacy dan kompetensi guru)
  3. Ketersedian fasilitas TIK
  4. Ketersediaan bahan belajar berbasis aneka sumber
  5. Keberlangsungan (sustainability) karena keterbatasan dana.
"Kutipan Makalah PTKI Kelompok IV"
Universitas Negeri Jakarta