A.
Kurikulum
Subjek Akademik
Kurikulum
subjek akademik, merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak
sekolah yang pertama dulu berdiri, kurikulumnya boleh dikatakan mirip dengan
model ini. Sampai sekarang, walaupun telah berkembang model-model lain, tetapi
kebanyakan sekolah tidak dapat melepaskan diri dari model ini. Kurikulum ini
menekankan isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu.
Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang
lain.
Kurikulum
Subjek Akademis bersumber dari pendidikan Klasik, Perenialisme dan
Esensialisme, berorientasi kepada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan
adalah memelihara dan mewariskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai
budaya masa lalu kepada generasi baru. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran
sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang
menguasai seluruh atau sebagian terbesar dari isi pendidikan yang diberikan
atau disiapkan oleh guru. Isi pendidikan diambil dari disiplin-disiplin ilmu.
Pelajaran IPS diambil dari disiplin Ilmu Sosial, IPA diambil dari disiplin Ilmu
Kealaman, dan sebagainya. Para ahli sesuai dengan bidang disiplinnya
masing-masing telah mengembangkan ilmu-ilmu tersebut secara sistematis, logis,
dan solid.
Para
pengembang kurikulum tidak perlu susah-susah menyusun dan mengembangkan bahan
sendiri. Mereka tinggal memilih bahan-bahan materi ilmu yang telah dikembangkan
oleh para ahli disiplin ilmu, kemudian mereorganisasinya secara sistematis,
sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan peserta didik yang akan
mempelajarinya. Guru sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan penting.
Mereka harus menguasai semua pengetahuan yang menjadi isi kurikulum. Ia harus
menjadi ahli atau ekspert dalam bidang-bidang studi yang diajarkannya di
sekolah. Lebih jauh guru dituntut bukan saja menguasai materi pembelajaran,
tetapi juga menjadi model bagi para peserta didiknya. Apa yang disampaikan dan
cara penyampaiannya harus menjadi bagian dari pribadi guru. Ungkapan guru
adalah yang "digugu dan ditiru” (diikuti dan dicontoh) sesuai dengan
konsep ini. Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya
menjadi lebih bersifat intelektual. Nama-nama mata pelajaran yang menjadi isi
kurikulum hampir sama dengan nama disiplin ilmu, seperti : matematika, bahasa
dan sastra, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, sejarah, geografi,
biologi, fisika, dan sebagainya.
Kurikulum Subyek Akademis tidak berarti terus tetap hanya
menekankan pada materi yang disampaikan, dalam sejarah perkembangannya secara
berangsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik.
Proses belajar yang dipilih sangat tergantung pada segi apa yang dipentingkan
dalam materi pelajaran tersebut. Jerome Bruner dalam bukunya “The Process of
Education”, menyarankan bahwa disain kurikulum hendaknya didasarkan atas
struktur dari disiplin ilmu. Selanjutnya ia menegaskan bahwa kurikulum suatu
mata pelajaran harus didasarkan atas pemahaman yang mendasar yang dapat
diperoleh dari prinsip-prinsip yang mendasarinya yang memberi struktur kepada
suatu disiplin ilmu.
Beberapa kegiatan belajar memberi kemungkinan
untuk mengadakan generalisasi, suatu pengetahuan dapat digunakan dalam konteks
yang lain daripada hanya sekedar yang dipelajarinya, dapat merangsang ingatan
apabila peserta didik diminta untuk menghubungkannya dengan masalah lain.
Seorang peserta didik yang belajar fisika umpamanya, ia harus melakukan
kegiatan belajar sebagaimana seorang ahli fisika melakukannya. Hal seperti itu
akan dapat mempermudah proses belajar fisika bagi peserta didik.
Penekanan pada segi intelektual ini dianut oleh hampir seluruh
proyek pengembangan kurikulum pada tahun 1960-an di sekolah-sekolah negara
bagian Amerika Serikat. Para pengembang kurikulum pada masa itu, adalah para
ahli mata pelajaran yang menyusun bahan ajaran di sekitar unsur-unsur
struktural mendasar dari disiplin ilmunya, menyangkut problema, konsep-konsep
inti, prinsip-prinsip, dan cara-cara bagaimana berinkuiri.
B.
Karakteristik
Kurikulum sebagai Subjek Akademik
Karakteristik
kurikulum sebagai subjek akademik dapat dengan mudah ditemukan pada komponen
kurikulum berikut ini:
a. Tujuan;
mengembangkan pemikiran rasional, melatih peserta didik untuk melakukan
penelitian, dan meningkatkan ketahanan belajar
b. Metode;
metode belajar umumnya adalah eksposisi dan inkuiri, peserta didik harus
membaca hasil terbesar dalam sebuah bidang studi sehingga dapat melakukan
kontak dengan pemikiran besar dimasa lalu sehingga mampu mengembangkan
pemikirannya sendiri
c. Organisasi:
terdapat dua fungsi yaitu: integrasi (mengkaitkan pengalaman belajar pada
beberapa mata pelajaran) dan sekuen (memastikan bahwa pengalaman belajar telah
dibangun terlebih dahulu)
d. Evaluasi:
pada level kelas evaluasi beragam tergantung pada bidang studi yang berbeda
C.
Salah
Satu Contoh Kurikulum Subjek Akademik
Dalam
buku yang berjudul “The Process of Education” Jerome Bruner mengusulkan bahwa
rancangan kurikulum didasarkan pada struktuk disiplin akademik, Ia mengusulkan
bahwa kurikulum mata pelajaran seharusnya ditentukan oleh pengertian yang
paling mendasar yang dapat dicapai dari prinsip yang mendasari yang memberikan
struktur pada suatu disiplin. Sebuah contoh dari kurikulum yang
didasarkan atas struktur pengetahuan adalah Man : A course of Study (MACOS).
MACOS
adalah kurikulum yang dirancang oleh siswa-siswa sekolah dasar dan terdiri dari
buku, film, poster, catatan permainan dan bahan ruang kelas yang lain.
Kurikulum ini menyatakan tentang manusia.
Tiga
pertanyaan penting pokok menjelaskan arti permasalahan intelektual dan
menunjukan anggapan MACOS : apakah arti manusia dalam hubunganya dengan
kemanusiaan ? Bagaimana mereka memperoleh cara itu bagaimana mereka dapat
dibuat lebih manusiawi? Pengembangan pengembangan pelajaran menghandaki anak
agar kakuatan pokok yang telah membentuk dan melanjutkan untuk membentuk
kemanusiaan : Bahasa, pemakaian alat, organisasi social, mythology dan
ketidak dewasaan yang berkepanjangan.
Model
intelektual digunakan agar menyebabkan gagasan dapat dimengerti anak sesuai
peraturan. Anak diberikan contoh lapangan dan didorong memberikan gagasan
mereka tentang binatang dan ornag dengan cara yang dilakukan oeh ahli-ahli
etnologi dan ahli antropologi. Tujuan dari MACOS adalah itelektual :
memberikan anak rasa hormat dan kepercayaan akan kekuatan pikiran mereka
sendiri dan memperlengkapi mereka dengan serangkaian model yang dapat
dikerjakan yang membuatnya lebih mudah menganalisis hakikat lingkungan
social. Adapun model dari penilaianya meliputi : model ilmiah tentang
observasi, spekulasi, pembuatan dan ujian hipotesisi, mengerti tentnag disiplin
ilmu pengetahuan social dan kegembiraan penemuan.
D.
Ciri-ciri
Kurikulum Subjek Akademik
Kurikulum disajikan bagian ilmu
pengetahuan, mata pelajaran yang di intregasikan.Ciri-ciri ini berhubungan
dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi.
1. Maksud
dan fungsi
Maksud kurikulum adalah melatih
siswa dalam menggunakan gagasan yang paling bermanfaat dan proses menyelidiki
masalah riset khusus. Fungsinya siswa diharapkan memperoleh konsep dan
metode untuk melanjutkan pertumbuhan dalam masyarakat lebih luas.
2.
Metode
Adalah dengan cara :
Pameran (eksposisi), penyelidikan
merupakan dua titik teknik yang secara umum digunakan dalam kurikulum
akademik.
Masalah atau gagasan dirumuskan dan
diupayakan sehingga dapar dipahami mereka memeriksa pernyataan untuk
menerangkan arti, landasan logika, dan dukungan factual mereka. Buku yang
telah sangat terpengaruh kehidupan besar tidak diabaikan.
3.
Organisasi
Ada 3 pola organisasi yang
terpenting diantaranya :
a) Correlated Curriculum
Kurikulum ini menekankan pentingnya hubungan antara
organisasi materi atau konsep yang dipelajari dari suatu pelajaran dengan
pelajaran lain, tanpa menghilangkan perbedaan esensial dari setiap mata
pelajaran. Dengan menghubungkan beberapa bahan tersebut, cakupan ruang lingkup
materi semakin luas. Kurikulum ini didesain berdasarkan pada konsep pedagogis
dan psikologis yang dipelopori oleh Herbart dengan teori asosiasi yang
menekankan pada dua hal, yaitu konsentrasi dan korelasi (Ahmad:1998,131). Misalnya Sejarah, Geografi dan
Bahasa Inggris, mungkin diajarkan agar dapat memperkuat satu dengan yang lain.
b) Unified atau Concentrated Curriculum
Sesuai dengan namanya, kurikulum jenis ini sangat kental
dengan disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu dibangun dari berbagai macam tema
pelajaran. Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran di susun dalam tema-tema
pelajaran tertentu.Salah satu aplikasi kurikulum jenis ini terdapat pada
pembelajaran yang sifatnya tematik.
Misalnya konsep tentang energi, dapat dipelajaria dari sudut-sudut pandang
biologi, fisika, kimia dan geologi.
c) Integrated Curriculum
Pola
organisasi
kurikulum ini memperlihatkan warna disiplin ilmu. Bahan ajar diintegrasikan
menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan unit. Dalam satu
unit terdapat hubungan antarpelajaran serta berbagai kegiatan siswa. Dengan
keterpaduan bahan pelajaran tersebut diharapkan siswa mempunyai pemahaman suatu
materi secara utuh. Oleh karena itu, inti yang diajarkan kepada siswa harus
memenuhi kebutuhan hidup di lingkungan masyarakat. Misalnya matematika diajarkan
untutk menyelesaikan masalah ilmu pengetahuan.
d) Problem Solving Curriculum
Yang berisi
pemecahan masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan
pengetahuan serta keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Para ahli
disiplin ilmu sering memiliki sifat ambivalen terhadap
evaluasi. Satu pihak melihatnya sebagai suatu kegiatan yang sangat berharga,
yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan pada pihak lain mereka
mengkhawatirkan kegiatan evaluasi dapat mempengaruhi hubungan antara guru dan
siswa.
4.
Evaluasi
kurikulum subjek akademis
menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi, namun lebih banyak digunakan
bentuk uraian (essay) dari pada tes objektif.
E. Penyesuaian
Pelajaran dengan Perkembangan
Para pengembang
kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyususnan bahan secara logis
dan sistematis daripada menyalaraskan urutan bahan dengan kemampuan berpikir
anak. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan di atas dalam perkembangan
selanjutnya dilakukan beberapa penyempurnaan. Pertama, untuk mengimbangi penekannya
pada proses berfikir, mereka mulai mendorong penggunaan intuisi dan
tebakan-tebakan. Kedua, adanya upaya-upaya untuk menyesuaikan pelajaran dengan
perbedaan individu dan kebutuhan setempat. Ketiga, pemanfaatan fasilitas dan sumber
yang ada pada masyarakat
a. Penentuan
tema-tema yang membentuk satu kesatuan (unifying theme). Unifying
theme dapat terdiri atas ide atau konsep besar yang dapat mencakup semua ilmu
atau suatu proses kerja ilmu, fenomena alam, atau masalah sosial yang
membutuhkan pemecahan secara ilmiah.
b. Menyatukan
kegiatan belajar dari beberapa macam disiplin ilmu. Kegiatan belajar melibatkan
isi dan proses dari satu atau beberapa ilmu sosial atau prilaku yang mempunyai
hubungan dengan tema yang dipilih/dikerjakan.
c. Menyatukan
berbagai cara/metoda belajar. Kegiatan belajar ditekankan pada pengalaman
konkrit yang bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik serta disesuaikan
dengan keadaan setempat.
Pendekatan
ketiga, adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
Mereka tetap mengajar berdasarkan mata-mata pelajaran dengan tekanan kepada
membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah matematis. Pelajaran-pelajaran
lain seperti ilmu kealaman, ilmu sosial dan lain-lain, dipelajari tanpa
dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecahan masalah dalam kehidupan.
F. Pemilihan
Disiplin Ilmu
Masalah besar
yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana
memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Apabila
ingin memiliki penguasaan yang cukup mendalam maka jumlah disiplin ilmunya
harus sedikit. Apabila hanya mempelajari sedikit disiplin ilmu maka penguasaan
para siswa akan sanagt terbatas, sukar menerapkannya dalam kehidupan masyarakat
secara luas. Apabila disiplin ilmunya cukup banyak, maka tahap penguasaannya
akan mendangkal. Anak-anak akan tahu banyak tetapi pengetahuannya hanya
sedikit-sedikit (tidak mendalam).
Ada beberapa
saran untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu:
Ø Mengusahakan
adanya penguasaan yang menyeluruh (comprehensiveness) dengan menekankan pada
bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.
Ø Mengutamakan
kebutuhan masyarakat (social utility), memilih dan menentukan aspek-aspek dari
disiplin ilmu yang sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat.
Ø Menekankan
pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar
(prerequisite) bagi penguasaan disiplin-disiplin ilmu yang lainnya.
G. Bagaimana Harus Membuat Bahan Pelajaran
yang Menarik Untuk Menumbuhkan Pemikiran
Kurikulum akademik telah ditutut untuk
menempatkan logika dan keteraturan yang mendorong pemikiran akademik atas
logika psikologik pelajar. Para akademis juga dikatakan tidak bersalah atad dua
kesalahan kurikulum yaitu kesalahan isi dan kesalahan mengenaik keseluruhan
(universalism). Kesalahan bahan memiliki sesuatu yang menarik seluruh gagasan
tidaklah diciptakan sama dan beberapa konsep maupun generalisasi, beberapa
gagasan dan hasil penyelidikan yang lalu lebih berguna dan mendalam dari pada
hal lain.
Gagasan yang menjadi alat dan karya seni yang
menjadi indah, apabila gagasan itu didekati melalui cara yang sesuai dalam
penyelidikan dan persepsi kesalah keseluruhan tergantung pada kepercayaan bahwa
beberapa daerah bahan mempunyai nilai universal, tanpa memperhatikan ciri siswa
tertentu. Robet Maynar Hutchins, seorang pendidik Amerika yang terkenal ia
mengatakan bahwa “pendidikan berarti pengajaran”. Pengajaran berarti ilmu
pengetahuan sebagai kebenaran. Kebenaran adalah sama dimana-mana. Oleh karena
itu pendidikan harus sama dimana-mana. Kurikulum dalam bahan akademik yang
lebih baru menggalakkan instuisi terkaan yang tajam – sebagai alat untuk
mengenali pikiran analisis dari disiplin ilmu.Program akademik yang tumbuh
dalam negeri berkembang. Bahkan, program itu mungkin bertahan hidup lebih baik
dari pada pemindahan secara nasional.
referensi nya?
BalasHapuskayaknya pengartian dalam metode kurikulum subjek akademik metode nya miss interpretasi.
BalasHapusYang saya tau, metode pelajarannya exposition (pemaparan) sedangkan metode belajarnya assimilation (penerimaan), maka indikasi metode pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered)